Jalan Pecundang

Kalian tahu pecundang?
Biasanya pecundang adalah mereka yang keberadaannya seperti hantu. Tidak terlihat dan tidak dirasakan, kecuali oleh paranormal. Pecundang juga merupakan panggilan bagi mereka yang sebanyak apa pun mereka berusaha, sebanyak itu pula mereka gagal. Pecundang adalah orang-orang menyedihkan tanpa ambisi. Pecundang adalah orang-orang yang selalu berjalan di jalur yang salah.


You know what. Seumur hidup, saya selalu menjadi seorang pecundang.
Hahaha. Kenapa saya menyebut diri saya begitu ya? Sepertinya saya sangat akrab dengan julukan itu. Tapi yang menentukan siapa diri saya, ya.. Saya sendiri.

Sebenarnya kali ini saya mau membahas tentang budaya menyontek.
Siapa yang belum pernah nyontek? Saya juga pernah kok.

Menyontek itu seperti makan mie instan.. haha. Rasanya memang enak.. Cara mendapatkannya juga mudah. Dan yang paling penting, "bisa buat kenyang" :v Tapi semua orang juga tau kalau mie instan itu tidak sehat.. -_-

Mengapa setiap angkatan tidak pernah lepas dari menyontek? Apapun opini anda, semua itu hanya merujuk pada faktor yang paling penting : Nilai (huhuhuh T.T)
Di sekolah, kita cenderung diberi reward karena nilai. Di rumah, kebanyakan orang tua pasti cuma mau tahu nilai. Mau diterima kerja, yang dilihat juga ijazah dulu .. :v Ditambah lagi, kalau tidak lulus KKM hukumannya bisa macam-macam.. Mulai dari yang menyiksa batin, menyiksa fisik, serta menyiksa fisik dan batin.

Kalau saya pribadi, saya ingin mendapatkan nilai tinggi karena malas ikut remidi dan karena uang. Hahaha. Kelihatan matrenya :v Di sekolah kami, yang berprestasi dikasih reward uang tunai.. dan aroma uang itu bagaikan bau minyak angin aromaterapi yang bisa buat adem.. :v Kelihatan matrenya lagi.
Tapi jauh di dalam benak saya (dan kita semua), ada ego yang sangaat tinggi.. Kita malu kalau menghasilkan sesuatu yang buruk.. Karena itulah kita selalu mencoba untuk mendapatkan sesuatu... demi gengsi, demi pandangan orang lain. Seperti koruptor saja.
Hei.. hei. Kalian sadar tidak?
Kita semua sudah diperbudak oleh sistem penilaian, yang menyebabkan kita menjatuhkan diri sendiri, supaya terhindar dari julukan pecundang...

Saya selalu berpikir, saya adalah pecundang. Saya pecundang karena menolak untuk megikuti arus. Saya pecundang karena melalu jalan yang panjang dan sulit, yang diwarnai kegagalan, bukannya memilih jalan pintas yang mengantar saya secara instan. Saya tidak peduli apakah saya akan mendapatkan nilai kecil atau tidak. Saya tidak peduli walaupun saya selalu dicap sebagai pecundang. Saya pecundang yang berbeda. Menjadi pecundang lebih baik, daripada menjadi "manusia" yang sebenarnya tidak punya eksistensi.. Hanya karena mereka menolak untuk berpikir. Daripada meniru orang lain, saya lebih memilih untuk menciptakan sesuatu yang original dan asli, dari otak saya sendiri..


Saya hanya percaya, jika kita berusaha, seseorang diatas sana akan memeluk usaha, air mata kegagalan, dan membawa kita lebih dekat pada mimpi-mimpi kita itu..
Saya terkadang benci ketika melihat mereka yang menyontek nilainya lebih tinggi. Sakitnya tuh disini. Rasanya hati saya retak dan langsung berbunyi "krak..."
Dan.. saya berusaha tertawa. Saperti sebuah pepatah mainstream. "Kalian menertawakan saya karena saya berbeda. Saya menertawakan kalian karena kalian semua sama.."

Salam pecundang.

Komentar