Overwhelmed

Hei, 

apa ada hal yang amat sangat kau sukai? Meski kau adalah orang yang paling tidak memiliki harapan di dunia, kau pasti memilikinya kan? Hal yang disuka. Atau, jika boleh kuganti pertanyaannya, hal yang kau benci. Entah itu benda, orang, aktivitas, atau bahkan jika hanya kau seorang yang mengetahui wujudnya, yang jelas itu adalah sesuatu yang membawa debaran di dalam dadamu. Debaran yang menunjukan bahwa emosimu masih berfungsi dengan baik, debaran yang memutuskan pendapatmu terhadap apa yang ada di pikiranmu. Entah itu suka, takut, cemas, sedih, dan marah. Kalau kau perhatikan, kata yang berkonotasi positif hanya satu, yaitu suka. Debaran rasa suka dan debaran emosi lainnya adalah hal yang sangat amat berbeda. Dan aku yakin seratus persen kalian dapat menganalinya sendiri, perbedaan rasa suka dan rasa benci, dan hal yang terlalu mudah dipahami biasanya akan lebih mudah disangkal oleh orang-orang yang berpikir bahwa mereka tidak menginginkannya.
Jadi apakah kau memilikinya? Debaran saat kau bertemu sesuatu, atau debaran  yang muncul saat kau menanti sesuatu yang sangat kau inginkan. Bagi seorang seniman, debaran mungkin akan muncul saat sedang menciptakan master piece mereka, dan bagi orang biasa sepertiku, debaran selalu muncul tanpa aku sadari, tanpa aku sempat berpikir kalau aku menginginkannya. 
Apakah hanya aku? Atau kalian juga merasa seperti itu? Jika ya, bagaimana pendapat kalian tentang hal itu? Sesuatu yang tidak berhenti memukul-mukul dadamu, memaksa sarafmu untuk terus bekerja dan hatimu untuk terus terbuka. Apakah kalian cukup nyaman diperlakukan seperti itu oleh tubuh kalian sendiri? Karena sejujurnya, bagiku itu amat sangat mengganggu.
Debaran itu menggangguku. Aku tahu, apa yang paling aku sukai. Aku tahu apa yang membuatku kesal, aku tahu hal-hal apa saja yang membuat emosiku muncul, dan menurutku aku telah mengklasifikasikannya dengan baik. Satu-satunya hal yang merusak responku terhadap emosi adalah debaran ini. Debaran yang membuatku bersikap berlebihan tanpa pandang bulu, terhadap hal yang aku benci dan hal yang aku sukai. 
Bagimana cara menghentikannya? 
Karena debaran ini amat sulit dikontrol, apa yang kuucapkan, apa yang kutulis, ekspresi wajahku, gerak gerik tubuhku, semuanya membuaku kesal, dan mungkin tulisan ini juga akan membuatku kesal di kemudian hari, karena aku menulisnya untuk melarikan diri dari debaran yang sedang kualami, yang terus menyuruhku untuk menulis dan menulis. Ya, ya. Aku suka melakukan hal ini, maksudku, menulis. Tapi aku ingin melakukan apa yang kusuka dengan tenang, seperti biasa, tanpa membuat jari-jariku bergerak sendiri, tanpa kata-kata yang bergelantungan tak beraturan di sekitar kepalaku. Aku ingin mereka mengalir. Aku ingin berhenti berpikir.Tolong, tolong, hentikan debaran ini, biarkan aku menatap langit-langit dengan hati yang damai tanpa suara, seperti yang biasa aku lakukan.
Aku tidak bisa. Meski ia mengontrolku, membuatku menjadi seorang pribadi yang kubenci, debaran ini akan selalu datang secara tiba-tiba, memaksaku untuk melakukan sesuatu. Dan jika aku tidak menurutinya, debaran ini akan semakin keras, memukul-mukul rongga dadaku dan menjalar hingga ke kepalaku, lalu kesunyian akan menggantikan segalanya dan membuatku membenci diriku sendiri. Ini adalah salah satu cara debaran ini menyiksaku. Agar aku selalu mencari debaran itu, untuk merasa menyesal setelah menuruti atau tidak menuruti keinginannya.
Jika kalian melihat aku sebagai orang lain, percayalah, itu bukan aku, karena debaran ini tidak hanya mengambil alih tubuhku, tetapi juga meniru wajahku. Aku tak mengerti apa yang sebenarnya diinginkannya. Aku hanya ingin merasa tenang, dan menyelesaikan apa yang seharusnya aku selesaikan. Itu saja. Tanpa ada sesuatu yang mengintervensi langkahku. Tapi dia terus menerus memukul dadaku dari dalam, membuatku susah tidur, susah makan dan berpikir. Hentikan. Hentikan.
Jangan biarkan aku meneriakkan hal-hal yang tidak perlu aku ucapkan, jangan biarkan aku memikirkan hal yang seharusnya tidak aku pikirkan, jangan biarkan aku membuang air mataku karena debaran yang menahan perginya  rasa sedih. Semua itu tidak kuperlukan, jadi kumohon, hentikan. Sekali lagi. Biarkan aku berjalan pada jalur yang telah kusiapkan, biarkan aku memutuskan sendiri apa yang ada di dalam kepala dan hatiku.

Komentar